MANADO – Indonesia terpilih menjadi negara tuan rumah pertama di Asia untuk penyelenggaraan International Association of Women Police (IAWP) 2021 atau Konferensi Polwan Sedunia. Pertemuan internasional ini akan digelar pada 6-12 November 2021 di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
IAWP ini merupakan organisasi yang menaungi polisi wanita sedunia. Didirikan sejak 1915 di Los Angeles, California, Amerika Serikat. Hingga saat ini, anggota IAWP terdiri atas 73 negara yang setiap tahunnya mengadakan konferensi internasional di negara berbeda.
Penunjukkan Indonesia sebagai tuan rumah berkat tiga delegasi polwan yang dipimpin Brigjen Pol Dra Ida Oetari Poernamasasi dan beranggotakan AKBP Yuli Cahyanti serta AKP Anggraini Putri. Ketiga delegasi polwan Indonesia tersebut berhasil memenangkan Bidding di Quito, Ekuador dengan presentasi memukau para Board of Directors.
Mereka mengangkat tema “Women at The Center Stage of Policing” dan berhasil meraih kemenangan saat berhadapan dengan delegasi dari Chichago, Amerika Serikat.
“Ini yang pertama kali di Asia dan selama ini kegiatan IAWP berlangsung di Amerika, satu kali di Afrika dan dua kali di Eropa. Jadi kebetulan Indonesia memenangkan bidding yang dilaksanaka di Quito, Ekuador pada tahun 2019,” ujar Ketua Pelaksana kegiatan IAWP 2021 Brigjen Juansih, Jumat (15/10/2021).
Pada usia yang ke-73 tahun ini, Polwan terus menunjukan eksistensi dan kiprah dalam jalankan tugas, baik di bidang operasional, pembinaan dan pengawasan. Bahkan memegang jabatan dan posisi strategis.
Saat ini sudah ada banyak jenderal polisi yang merupakan seorang polwan. Namun bila dirunut secara historis, polwan pertama yang menyandang pangkat jenderal yakni Brigjen Pol (Purn) Jeanne Mandagi.
Dia merupakan srikandi asal Sulawesi Utara yang lahir di Manado, 2 April 1937. Jeane tutup usia di Jakarta pada 7 April 2017.
Berdasarkan catatan, Jeanne Mandagi pertama kali diangkat menjadi anggota polwan pada 1 Desember 1965. Dalam kariernya di Polri, dia pernah dipercaya mengemban tugas sebagai Kadiv Humas Polri ke-6 pada 1989-1992 atau selama kurang lebih tiga tahun.
Dia juga dikenal sebagai perintis pemberantasan narkoba dan mendirikan Yayasan Permadi Siwi, pusat rehabilitasi pecandu narkotika.